NILAI DAKWAH MODERAT DALAM TEMBANG MACAP
NILAI DAKWAH MODERAT DALAM TEMBANG MACAPAT
Di-era yang modern ini, dimana tersedia kemudahan-kemudahan akses informasi di internet. Media sosial dengan serba-serbi kontennya. Tentu menarik untuk diperbincangan mengenai kesenian. Dengan harapan menambah wawasan kesenian bagi anak muda (generasi milenial). Sehingga tidak hanya tahu tentang budaya kesnian musik POP, ROCK, bahkan yg sudah menjalar parah di kalangan anak muda sekarang yaitu budaya K-POP. Sejenak menghela nafas )*
Dalam khazanah kekayaan
budaya Indonesia khususnya Jawa, hidup dan berkembang kesenian Tembang
Macapat. Apakah itu? Pasti
bertanya-tanya, untu anak mudah lebih lagi, bahkan bisa tidak tahu apa itu
kesenian Tembang Macapat. Tidak salah tentunya, mengingat
karena tembang kesenian ini sangatlah lama sekali secara history keberadaanya.
Pandangan hidup Jawa
mengenal tiga segi, yaitu metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Metafisika
adalah wawasan ontologi yang mencoba
berpikir mencari 'ada' tentang Tuhan, manusia, alam semesta.
Epistemologi, yaitu wawasan tentang bagaimana proses kehidupan. Aksiologi
adalah wawasan nilai kehidupan.
Berbagai macam sastra kesenian
jawa sebagain ditulis dalam bentuk prosa dan sebagian lagi ditulis dalam bentuk
puisi. Begitulah Tembang Macapat
merupakan sarana penyampaian pesan, amanat, nasihat, nilai, cinta dalam
berbagai macam ragam gubahan (komposisi, susunan) dan menggunakan bahasa jawa.
Kemudian tembang macapat
sering menjadi pokok pembicaraan dalam sarasehan, yakni :
-
Menurut penelitian, menyatakan tembang macapat ada pada waktu pengaruh kebudayaan india makin
luntur dan tipis. Yaitu pada masa Majapahit akhir. Gubahan demikian tertuang
dalam lontar-lontar. Hasil karya sastra puisi Jawa Madya. Kemudian kekawin, yaitu bentuk puisi jawa kuno dalam
metrum india (pergantian
naik turun suara secara teratur, dengan pembagian suku kata)
makin surut, muncul kekawin tanpa mentrum jawa yang dikenal kidung.
-
Tembang
macapat merupakan gubahan
para wali dan para pejabat tinggi pada zaman para wali. Mereka yang disebut-sebut
menciptakan tembang macapat adalah :
(1). Kanjeng Sunan Giri (2). Kanjeng
Sunan Bonang (3). Kajeng Sunan Geseng
(4). Kanjeng Sunan Gunung Jati
(5). Kanjeng Sunan kalijaga (6).
Kanjeng Sunan muryapada (7). Kanjeng
Sunan Majagung. Kemudain pejabat tinggi yang disebut-sebut menciptkan Tembang Macapat adalah Kanjeng Sultan
Adiwijaya Pajang, Dan Kanjeng Adipati Natapraja.
-
Sehingga dari keterangan diatas Tembang Macapat ada dalam kurun waktu kerajaan Majapahit,
lebih kurang pada akhir abad XV (abad ke-15) Sampai dengan awal abad XVI (abad
ke-16) pada masa kebudayaan islam masuk ke Jawa.
Apabila mendengarkan Tembang Macapat, tentu yg terdengar
tidak hanya sebuah lirik puisi yg di tembangkan, dengan macam ragam khas
gubahan ditambah suara siulan burung. Nama-nama Tembang Macapat memang tampak menggoda bagi penikmatnya. Nama itu
diciptakan oleh para Wali. Bukan mustahil kalau dalam tembang macapat termuat
nilai-nilai luhur. Dalam Tembang Macapat
terbagi 2 wawasan hidup, yakni (1). Wawasan perjalanan hidup dan (2). Wawasan
hidup (metode) berdakwah. Sekalipun ada yang berargumen “apalah arti sebuah
nama” namun jika berhadapan dengan nama Tembang
Macapat kita akan tergoda.
Mulai Tembang Macapat Asmaradana dan Pucung,
Tembang Macapat Sinom dan Kinanthi, Tembang Macapat Mijil, Tembang
Macapat Dhandhanggula, Tembang Macapat
Durma, Tembang Macapat Maskumambang,
Tembang Macapat Pangkur dan Tembang
Macapat Gambuh dan Megatruh. Dari
ini mengarahkan perhatian cendekiawan Jawa untuk berkesimpulan bahwa Tembang Macapat memang ciptaan para Wali
yang besar perhatiannya terhadap seni Jawa. Sejak itu para Wali Sanga, mulai
berkiprah menyebarkan agama Islam.
Hal demikian memang sulit dipungkiri,
sebab makna kata "macapat" semula adalah berkumpul dengan menyuarakan
puji-pujian. Makna ini berasal dari jarwadhosok
(otak-atik), macapat, yaitu dari kata ma (menuju) dan capet (maya
atau ghaib). Artinya, puji-pujian kepada yang ghaib, yaitu Tuhan. Makna
demikian juga relevan dengan situasi masyarakat Jawa ketika belum masuk agama
Islam. Sedangkan pada saat agama Islam telah berkembang, bukan hal yang aneh
jika puji-pujian itu diwujudkan pada Tembang
Macapat yang berisi rohani, yaitu sastra suluk.
Tembang
Macapat berkaitan dengan wawasan hidup yakni metode berdakwah. Ini
dapat diterjemahkan bahwa arti kata tembang yakni seperti halnya karangan
bunga. Diantara karangan bunga adalah berbau harum. Oleh sebab itu para wali,
agar dakwah islam ditebarkan seperti menabur bunga yang harum, yang
menyenangkan, mengembirakan dan enak didengar. Sebaiknaya dihindarkan dakwah
secara polos, kasar dan disertai maki-maki dan menyindir-nyindir sampai melukai
hati.
Macapat
berasal dari kata “mancapat” = man + ca + pat, ini jarwodhosok (otak-atik) dari kata (iman
+ panca + pathokan). Dari “otak-atik ” ini tersirat bahwa dalam berdakwah
permulaan yang harus diperhatikan adalah rukun iman, rukun islam, yang lima
(panca) sebagai pedoman (pathokan)
Secara Rinci nama-nama
Tembang macapat memberikan wawasan hidup berdakwah sebagai berikut :
Tembang Macapat Mijil. Mijil berarti "keluar". Kata "keluar"
terkandung faktor-faktor waktu, tempat dan keadaan, maka dalam memberikan
dakwah Islam harus mengingat faktor :
(a) Waktu yang sesuai, misalnya jangan sampai
menetjang pendek atau jangan menggunakan waktu yang sangat diperlukan sendiri
oleh yang bersangkutan atau pada waktu ada kejadian yang tidak sesuai atau yang
dirasa kurang pada tempatnya,
(b) Tempat
yang berarti "empan-papan"
dimana dakwah itu sedang dilaksanakan perlu memilih tempat yang cukup untuk
menampung pendengar dan bebas gangguan,
(c)
Keadaan orang yang menerima dakwah, umumya,
tingkat pengetahuannya, golongannya dan sebagainya. Dalam hal ini harus sesuai,
jangan "meloncat jauh" dari pengetahuan mereka.
Tembang Macapat Pangkur yang berasal dari nyimpang + mungkur, artinya dakwah jangan sekali-kali menyimpang
dan meninggalkan isi Qur'an dan Hadits, namun kesampingkan serta tinggalkanlah
kejahatan. Pangkur diciptakan Sunan Muria yang teguh sekali dalam memegang dan
melaksanakan ajaran Islam menurut Qur'an dan Hadits.
Tembang Macapat Kinanthi yang berasal dari kata kanthi diberi sisipan in, menjadi "kinanthi", artinya dikanthi, digandheng atau
disertai/ditemani. Maksudnya, bagi orang-orang yang masih "buta" dari
petunjuk Allah harus ditemani untuk dituntun menuju kepada hidup beragama.
Dalam dakwah hendaknya berusaha mengadakan teman baru, tidak bermusuhan; dan
sebaiknya agar didekati dengan dasar hati. Kinanthi
diciptakan oleh Sunan Giri. Ia wali yang sangat terkenal di kalangan Rakyat
karena sifat-sifatnya yang sesuai untuk mendekati rakyat yaitu bijaksana, ramah
dan berbudi halus.
Tembang Macapat Dhandhanggula yang berasal dari dhandhang dan gula
berarti pengharapan akan yang manis. Dakwah yang diberikan secara enak dan
menyenangkan akan membawakan harapan untuk menuju kebahagiaan. Dhandhanggula ciptaan Sunan Kalijaga.
Tembang Macapat Sinom, berarti daun muda (pupus) pohon asam atau
rambut halus di 21 atas dahi wanita, yang mengandung arti bahwa dakwah yang
menggembirakan akan meresapkan rasa agama yang merupakan hidup manusia dan
menjadikan manusia yang penuh harapan (optimis) dan tampak awet muda, karena
bersih lahir batin. Tembang macapat sinom ciptaan Kanjeng Sunan Giri.
Tembang Macapat Asmaradana berasal dari kata asmara + dana berarti cinta + memberi = senang memberi. Dakwah yang
berhasil akan dapat menjadikan manusia yang suka memberi atau suka mengeluarkan
infak, derma zakat fitrah, penerangan, suka menolong sesama manusia, karena
Allah, ikhlas, tanpa rasa takabur. Asmaradana disusun oleh Sunan Girl.
Tembang Macapat Megatruh berasal dari kata megat + ruh, berarti
memisahkan Rokh atau pemikiran yang tidak baik atau menaham hawa nafsu. Ajaran
Islam pada pokoknya membawakan keimanan untuk menjalankan ibadah dengan
menjauhkan hawa nafsu, berbuat baik dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi
kejahatan serta menghindari larangan Allah dan menjauhi Ajaran iblis. Megatruh
ciptaan Kanjeng Sunan Giri.
Tembang Macapat Durma berasal dari kata: dur + ma, artinya mundur
dari M-5 yaitu:
(a) Madon (berzina)
(b) Minum (minuman keras)
(c) Madat (menghisap obat
yang memabukkan)
(d) Main (berjudi)
(e) Maling (Meneuri)
Durma diciptakan Kanjeng
Sunan Bonang, dari sini bisa ditafsirkan bahwa menjauhi M-5 itu menuju
kemenangan (baboning kemenangan =Bonang)
Tembang Macapat Maskumambang berarti emas yang terapung, maknanya karena
ajaran Islam itu indah dan baik-baik betul, sekalipun berat, asal ada jiwa
mengabdi kepada Allah (ibadat), maka semua itu menjadi ringan. Tembang Macapat
Maskumambang ciptaan Kanjeng Sunan Maja Agung.
Tembang Macapat Pocung berarti
: mati (dipocong = dibungkus mori putih, luar dan dalam suci), atau puncak
(sudah yang tertinggi, sudah habis) atau sempurna. Maknanya ajaran Islam menuju
pada kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, kesempurnaan dalam arti
kebahagiaan. Pocung karangan Kanjeng Sunan Gunung Jati.
Dapat difahami bahwa Tembang
macapat menggambarkan wawasan hidup epistemologi, yaitu bagaimana manusia mencari
pengetahuan tenang Tuhan. Pengetahuan ini diwujudkan melalui metode dakwah yang
mendasarkan pada tembang macapat. Proses ini yang dikenal dengan pendekatan diri
kepada Tuhan agar manusia menjadi sempurna.
Hal demikian memang dapat
dipahami, karena pada awalnya Wali Sanga dalam menanamkan ajaran justru dapat
manjing ajur-ajer dengan masyarakatnya.
Mereka berusaha mendalami Tembang Macapat
(seni) dan Para Wali yang besar perhatiannya terhadap seni Jawa sehinga
memudahkan dalam dakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara.
Sumber :
- Jurnal : “Macapat
dan Santiswara” Oleh : Daru Suprapta 2013
- Buku : “Macapat tembang jawa,indah, dan kaya makna” oleh:
Haidar, Zahra, et al. Terbitan: (2018)
- Buku : “Santiswara” oleh: Soeroso Terbitan: (1982)
- Jurnal : “Wawasan Hidup Jawa Dalam Tembang Macapat” Oleh:
Suwardi
Sumber 1 :
https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-ideologi-menurut-para-ahli.html
IDIOLOGI DEMOKRASI
1. Pengertian
Idiologi
Pengertian
Ideologi – Ideologiberasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan,
pengertian. Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata
“logi” yang berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi
Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasangagasan, pengetahuan tentang
ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan
citacita. Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de
Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi yaitu ‘science
of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional
dalam masyarakat Perancis.
Sumber 1 : https://disdikpora.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/artikel-pengertian-ideologi-35
0 Response to "NILAI DAKWAH MODERAT DALAM TEMBANG MACAP"
Post a Comment